Total Tayangan Halaman

Kamis, 22 Desember 2011

makalah ulumul Qur'an


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara bahasa, asbab al-nuzul berarti sebab-sebab turun. Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur dalam masa kurang lebih 23 tahun. Al-Qur’an diturunkan untuk memperbaiki aqidah, ibadah, akhlaq dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tata kehidupan manusia merupakan sebab turunnya al-Qur’an. Ini adalah sebab umum bagi turunnya al-Qur’an. Hal ini tidak termasuk dalam pembahasan yang hendak dibicarakan, sebab yang akan dibicarakan di sini adalah sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu.
            Definisi di atas, juga memberikan pengertian bahwa sebab turun suatu ayat ada kalanya berbentuk peristiwa, dan ada kalanya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat atau beberapa ayat turun untuk menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap pertanyaan tertentu.
            Mempelajari dan mengetahui asbab al-nuzul sangatlah penting, terutama dalam memahami ayat-ayat yang menyangkut hukum. Para ulama telah menulis beberapa kitab khusus tentang asbab al-nuzul, di antaranya:
1.    Asbab al-nuzul oleh Al-Wahidi (wafat tahun 427 H)
2.    Asbab al-nuzul karya Ibnu Taimiyyah
3.    Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul karya Al-Suyuthi
4.    Asbabun Nuzul (dalam bahasa Indonesia) oleh Qamarudin Saleh
            Mengetahui sebab-sebab turunnya suatu ayat dapat menolong untuk memahami suatu ayat, karena mengerti akan sebabnya maka akan dapat menghasilkan pengetahuan tentang akibatnya.
            Sebagai contoh bahaya menafsirkan al-Qur’an tanpa mengetahui sebab turunnya ialah penafsiran sahabat Utsman bin Madz’un dan Amr bin Ma’adi Kariba terhadap ayat:
{al-Maidah ayat 93}
            Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
            Mereka membolehkan minum khamr berdasarkan ayat di atas. Hal ini bisa terjadi karena kedua sahabat itu tidak mengetahui sebab turun ayat di atas. Menurut keterangan al-Hasan dan ulama lainnya, bahwa setelah turun ayat yang mengharamkan khamr (al-Maidah:90), maka para sahabat berkata: “Bagaimanakah nasib saudara-saudara kita (yang telah meninggal dunia) padahal mereka pernah minum minuman khamr, dan Allah menegaskan bahwa khamr itu najis. Maka turunlah surat al-Maidah ayat 93. Andaikata tidak ada keterangan tentang sebab turun ayat ini, pastilah umat Islam sampai kini masih membolehkan meminum minuman yang memabukkan, karena berpegang dengan dhahirnya surat al-Maidah ayat 93 ini.
            Contoh di atas merupakan bukti bagaimana seseorang yang tidak mengetahui sebab-sebab turunnya suatu ayat tanpa memandang latar belakangnya hanya akan membuat kesalahan yang sangat fatal.
            Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul “Asbabun Nuzul Surat al-Lail”.
1.2 Rumusan Masalah
            Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana asbabun nuzul surat al-lail?
2. Bagaimana pendapat para ulama?








BAB II
PEMBAHASAN
            {AL-LAIL (92) ayat 1-21}
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang).                                                                               (92:1)
Dan siang apabila terang benderang.                                                                                                  (92:2)
Dan penciptaan laki-laki dan perempuan.                                                                                         (92:3)
Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda.                                                                      (92:4)
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa.                               (92:5)
Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (pahala).                                                           (92:6)
Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.                                             (92:7)
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup.                                               (92:8)
Serta mendustakan pahala yang baik.                                                                                               (92:9)
Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.                                            (92:10)
Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.                                             (92:11)
Sesungguhnya memberi petunjuk adalah atas Kami.                                                                                   (92:12)
Dan sesungguhnya akhirat dan dunia adalah kepunyaan Kami.                                                               (92:13)
Karena itu, Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala.                                   (92:14)
Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka.                                                  (92:15)
Yang mendustkan (kebenaran) dan paling (dari iman).                                                                (92:16)
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu.                                       (92:17)
Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) lagi membersihkannya.                                    (92:18)
Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya.                                                                                                                                                                     (92:19)
Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridloan Tuhannya Yang Maha Tinggi.                                                                                                                                                                       (92:20)
Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.                                                                          (92:21)
           
            Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang pemilik pohon kurma mempunyai pohon yang mayangnya menjulur ke rumah tetangganya seorang fakir yang banyak anaknya. Tiap kali pemilik kurma itu memetik buahnya ia memetiknya dari rumah tetangganya, dan apabila ada kurma yang jatuh dan di pungut oleh anak-anak yang fakir itu, ia segera turun dan merampasnya dari tangan anak-anak itu, bahkan yang sudah masuk ke mulut anak-anak itupun dipaksa dikeluarkannya.
            Orang fakir itu mengadukan hal itu kepada Nabi saw dan beliau berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian Rasulullah saw bertemu dengan pemilik kurma itu dan bersabda: “Berikanlah kepadaku pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah si Anu, dan bagianmu sebagai gantinya pohon kurma di surga”. Pemilik pohon kurma itu berkata: “Hanya sekian tawaran tuan?”. Aku mempunyai banyak pohon kurma dan pohon kurma yang diminta itu paling baik buahnya”. Pemilik pohon kurma itu pergi. Pembicaraannya dengan Nabi saw terdengar oleh seorang dermawan yang langsung menghadap kepada Rasulullah saw dan berkata: “Apakah tawaran tuan itu berlaku juga bagiku, jika pohon kurma itu telah menjadi milikku?” Rasulullah menjawab: “Ya”. Maka pergilah orang itu menemui pemilik pohon kurma itu. Pemilik pohon kurma itu berkata: “Apakah engkau tahu bahwa Muhammad saw menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetanggaku? Dan bahwa aku telah catat tawarannya, akan tetapi buahnya sangat mengagumkan, padahal aku mempunyai banyak pohon kurma, dan tidak ada satu pohonpun yang selebat itu”. Maka berkata orang dermawan itu: “Apakah engkau mau menjualnya?” Ia menjawab: “Tidak, kecuali apabila ada orang yang sanggup memenuhi keinginanku, akan tetapi pasti tidak akan ada yang sanggup”. Dermawan itu berkata lagi: “Berapa yang kau inginkan?”. Ia berkata: “Aku inginkan empat puluh pohon kurma”. Ia pun terdiam kemudian berkata lagi: “Engkau minta yang bukan-bukan, baik aku berikan empatpuluh  pohon kurma kepadamu, dan aku minta saksi jika engkau benar mau menukarnya”. Ia memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan pertukaran itu.
            Dermawan itupun menghadap kepada Rasulullah s.a.w dan berkata: “Ya Rasulullah! Pohon kurma itu telah menjadi milikku dan aku akan serahkan pada tuan”. Maka berangkatlah Rasulullah s.a.w kepada pemilik rumah yang fakir itu dan bersabda: “Ambillah pohon kurma itu untukmu dan keluargamu”. Maka turunlah ayat ini (S.92: 1 s/d akhir surat) yang membedakan kedudukan dan akibat orang bakhil dengan orang dermawan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan yang lainnya
dari Al Hakim bin Abban dan ‘Ikrimah
yang bersumber dari Ibnu Abbas.
Menurut Ibnu Katsir hadits ini sangat gharib.
            Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Abubakar telah memerdekakan tujuh orang hamba yang disiksa oleh pemiliknya karena hamba-hamba itu beriman kepada Allah. Ayat ini (S.92: 17/21) turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai janji Allah kepada hamba-hamba-Nya yang dermawan menafkahkan hartanya di jalan Allah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber
dari ‘Urwah.
            Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Abu Quhafah (ayah Abubakar) berkata kepada Abubakar: “Aku melihat engkau memerdekakan hamba-hamba yang lemah. Sekiranya engkau memerdekakan hamba-hamba yang kuat, pasti mereka akan membelamu dan mempertahankanmu, hai anakku”. Abubakar menjawab: “Wahai bapakku, aku mengharapkan apa yang ada di sisi Allah”. Maka turunlah ayat-ayat yang berkenaan dengan Abubakar ini (S.92: 5-21).
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Amir bin Abdillah
bin Zubair yang bersumber dari bapaknya bernama
Zubair.

            Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S. 92 : 19-21) turun berkenaan dengan kedermawanan Abubakar.
Diriwayatkan oleh Al-Bazzar yang bersumber dari
Ibnu Zubair.








BAB III
KESIMPULAN
            Dari kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan yang lainnya dari  Al Hakam bin Abban dari ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas, yaitu kisah seorang pemilik pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetangganya seorang fakir yang banyak anaknya. Kemudian ia tidak mau memberikan pohon kurmanya kepada orang fakir, padahala Rasul telah menjanjikan surga untuknya.
            Sedangkan dalam riwayat Ibnu Abi Khatim yang bersumber dari ‘Urwah, bahwa Abubakar telah memerdekakan tujuh orang hamba yang disiksa oleh pemiliknya karena hamba-hamba itu beriman kepada Allah.
            Dalam riwayat Al-Hakim dari Amir bin Abdillah bin Zubair yang bersumber dari bapaknya yang bernama Zubair, bahwa Abu Quhafah ayah Abubakar berkata kepada Abubakar: “ Aku melihat engkau memerdekakan hamba-hamba yang lemah sekiranya engkau memerdekakan hamba-hamba yang kuat pasti mereka akan membelamu dan mempertahankanmu hai anakku”. Abubakar menjawab: “Wahai bapakku, aku mengharapkan apa yang ada di sisi Allah.
            Dalam riwayat Al-Bazzar yang bersumber dari Ibnu Zubair dikemukakan bahwa ayat ini (Al-Lail : 19-21) turun berkenaan dengan kedermawanan Abubakar.
            Jadi, kesimpulannya melihat banyak kisah yang diriwayatkan yaitu tentang kedermawanan Abubakar.
                       
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar