Total Tayangan Halaman

Kamis, 22 Desember 2011

masa remaja (sebuah pemahaman)


 Remaja sebagai Masa “Badai dan Tekanan”
Masa remaja seperti banyak anggapan merupakan saat-saat yang dipenuhi dengan
berbagai perubahan dan terkadang muncul sebagai masa yang tersulit dalam kehidupan
sebelum ia memasuki dunia kedewasaan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
remaja tidak hanya menyangkut aspek fisik melainkan juga aspek psikis dan psikososial
(Papalia, et al., 2000; Turner & Helms, 1995).
Gunarsa dan Gunarsa (2002), mengemukakan bahwa perubahan fisik dapat teramati
secara langsung misalnya perubahan tinggi badan, berat badan, wajah, akan tetapi yang
menyangkut perubahan psikis tidak cepat dapat diamati. Bahkan masa remaja digambarkan
sebagai masa “badai dan tekanan” (storm and stress, sturm und drang), yang lebih besar
dari periode-periode lainnya dalam tahapan kehidupan manusia (Stanley Hall, dalam
Santrock, 1999).2
Secara umum masa ini penuh dengan gejolak emosi, sehingga muncul gejalagejala perasaan yang kuat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Hal ini juga
disebabkan oleh karena masa remaja merupakan masa  transisi yaitu peralihan dari usia
anak-anak menuju usia dewasa dan mereka berada di bawah tekanan sosial sebab
menghadapi kondisi baru sedangkan selama masa kanak-kanak mereka kurang
mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan tersebut (Hurlock, 1999). Bahkan pada
masa“badai dan tekanan”, remaja akan mengalami kegoncangan emosi yang disebabkan
oleh tekanan-tekanan dan ketegangan dalam mencapai kematangan fisik dan sosial 
(Slavin, 2000).
Permasalahan emosi pada masa remaja sangat menarik sebab emosi merupakan
suatu fenomena yang dimiliki oleh setiap manusia (Rosenthal, 1997) dan pengaruhnya
sangat besar terhadap aspek-aspek kehidupan lain seperti sikap, perilaku, penyesuaian
pribadi dan sosial yang dilakukan (Hurlock, 1999). Upaya untuk mengenal dan menyadari
emosi yang dialami merupakan langkah penting bagi remaja sebab menurut Cartledge &
Milburn (1995), kesadaran akan perasaan yang dialami akan mengembangkan tipe perilaku
adaptif yang dapat memfasilitasi terciptanya interaksi sosial yang positif.
Munculnya masalah emosi pada masa remaja, diakibatkan juga karena mereka
memiliki sifat-sifat idealis, romantis, aspiratif, dan ambisi yang kuat. Juga mereka
cenderung memandang kehidupannya menurut apa yang diinginkan dan dicita-citakan,
sehingga mereka tidak melihat dirinya sebagaimana adanya. Tidak semua aspirasi dan
ambisi dapat tercapai sebab sering mereka gagal, sehingga semakin tidak tercapai
keinginan dan cita-citanya, maka semakin mudah remaja mengalami masalah emosi,
seperti marah, kecewa, dan emosi negatif lainnya (Hurlock, 1999). 3
Selain itu, remaja dihadapkan pada pengaruh global yang berdampak positif yang
mendorong manusia untuk berpikir, meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap
apa yang dicapai saat ini. Sementara itu ada dampak negatif yang sering ditiru oleh remaja
seperti pergaulan bebas dan perilaku negatif lainnya, padahal di sisi lain mereka harus
berhadapan dengan norma-norma, dan nilai-nilai budaya yang berlaku.
Dari berbagai dampak negatif  tersebut salah satu yang sangat mempengaruhi
menurut Nurihsan (2003) adalah pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat
sementara seperti penggunaan obat-obat terlarang. Demikian juga, kurikulum sekolah yang
memasukkan keterampilan hidup (life skill), mendorong sekolah untuk mengembangkan
keterampilan hidup agar siswa memiliki keterampilan, sikap, perilaku adaptif, kooperatif
dan kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan hidup sehari-hari secara efektif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar